Seorang pelajar berusia 20 tahun sekaligus seorang ibu yang menjadi
kepala polisi di salah satu kota Meksiko yang paling bermasalah telah
melarikan diri ke Amerika Serikat setelah menerima ancaman kematian.
Marisol Valles digelari sebagai “perempuan Meksiko paling berani”
setelah dia setuju untuk mengambil pekerjaan tersebut di Praxedis
Guadalupe Guerrero, kota tidak bertuan dekat perbatasan Texas, pada
bulan Oktober.
Tapi dia sejak saat itu telah menjadi target geng kriminal yang ingin membuat dirinya membantu kejahatan mereka. Setelah beberapa bulan memegang jabatan itu, dia dipaksa untuk melarikan diri, bersama dengan dua kerabat, dan akan mencari suaka di AS.
Pada bulan Desember Erika Gandara, 28 tahun, satu-satunya petugas polisi yang tersisa di Guadalupe diculik dan rumahnya dibakar. Nasibnya masih belum diketahui. Kota-kota itu berada di daerah di mana kartel narkoba Sinaloa dan Juarez berperang untuk mengendalikan rute penyelundupan ke AS. Valles, seorang mahasiswa kriminologi yang memiliki anak bayi, direkrut setelah pendahulunya ditembak mati pada bulan Juli 2009.
Kota ini sudah tidak dapat menemukan orang yang bersedia untuk mengambil pekerjaan itu selama lebih dari setahun. Dia mencoba pendekatan baru untuk kepolisian di Meksiko, dengan menolak untuk membawa pistol dan mengirim polisi wanita dari pintu ke pintu untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Setelah mengambil pekerjaan itu, dia berkata: “Tentu saja ada ketakutan, saya seperti orang lain, selalu ada rasa takut.” Tahun lalu lebih dari 3.000 orang tewas di kota Ciudad Juarez. Kota itu menjadi pusat perang narkoba Meksiko selama empat tahun yang telah menewaskan lebih dari 35 ribu orang di seluruh negeri.
Tapi dia sejak saat itu telah menjadi target geng kriminal yang ingin membuat dirinya membantu kejahatan mereka. Setelah beberapa bulan memegang jabatan itu, dia dipaksa untuk melarikan diri, bersama dengan dua kerabat, dan akan mencari suaka di AS.
Pada bulan Desember Erika Gandara, 28 tahun, satu-satunya petugas polisi yang tersisa di Guadalupe diculik dan rumahnya dibakar. Nasibnya masih belum diketahui. Kota-kota itu berada di daerah di mana kartel narkoba Sinaloa dan Juarez berperang untuk mengendalikan rute penyelundupan ke AS. Valles, seorang mahasiswa kriminologi yang memiliki anak bayi, direkrut setelah pendahulunya ditembak mati pada bulan Juli 2009.
Kota ini sudah tidak dapat menemukan orang yang bersedia untuk mengambil pekerjaan itu selama lebih dari setahun. Dia mencoba pendekatan baru untuk kepolisian di Meksiko, dengan menolak untuk membawa pistol dan mengirim polisi wanita dari pintu ke pintu untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Setelah mengambil pekerjaan itu, dia berkata: “Tentu saja ada ketakutan, saya seperti orang lain, selalu ada rasa takut.” Tahun lalu lebih dari 3.000 orang tewas di kota Ciudad Juarez. Kota itu menjadi pusat perang narkoba Meksiko selama empat tahun yang telah menewaskan lebih dari 35 ribu orang di seluruh negeri.
0 Respon:
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesukamu! Mau sopan, jorok karepmu asal di tanggung sendiri! Salam hangat
Yuda Taufiqurrahman | Jidat Bukan Pahlawan