Setiap pergantian Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi, umat Hindu
menyambutnya dengan melaksanakan Catur (Empat) Brata yang meliputi Amati
Gni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan. Amati Gni secara
lexical berarti tidak menyalakan api, Amati Karya (tidak bekerja atau
beraktivitas), Amati Lelungan (tidak bepergian), Amati Lelanguan (tidak
bersenang-senang). Catur Brata Nyepi juga mengandung pesan simbolis
untuk mematikan hawa nafsu dalam diri manusia.
Pelaksanaan
Catur Brata sebagai wujud pengamalan ajaran Agama Hindu yang sarat
dengan makna nilai filosofis. Nilai filosofis itu merupakan nilai
intrinsik bagi umat Hindu, bahkan merupakan nilai universal yang dapat
diaktualisasikan dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Bagi umat Hindu, perayaan Nyepi mengandung makna nilai yang sangat
mendasar. Perayaan itu dilaksanakan sebagai upaya pencarian kesadaran
akan hakekat kehidupan sebagai hamba Tuhan, sebagai kesatuan pribadi,
dan sebagai ciptaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan lingkungannya.
Dengan kesadaran itu mereka akan mewujudkan suatu kehidupan yang
serba selaras, seimbang dan serasi antara raga dan jiwanya, individu
dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan, serta dengan alam lingkungan.
Itulah suatu harmoni kehidupan yang berakar dari konsepsi “Trihita
Karana”.
Sehubungan dengan itu maka rangkaian perayaan Nyepi dilaksanakan
dalam empat upacara atau kegiatan. Pertama upacara Mekiyis yang bermakna
melebur noda, menyucikan dan memuliakan kebesaran Tuhan (Sanghyang
Widhi Wasa), serta memohon sari pati kehidupan bagi seluruh ciptaanNya.
Kedua upacara Macaru (tawur agung) yang bermakna membersihkan alam
guna mencapai harmonisasi kosmos. Ketiga mengamalkan Catur Brata untuk
menemukan kesadaran akan jati dirinya sebagai kesatuan pribadi yang
utuh. Keempat melaksanakan Ngembak Ghni dan Dharmasanti sebagai wujud
rasa damai dalam kehidupan di dunia ini.
Bagi umat Hindu, ketika Nyepi ia ibarat kepompong, tenang, diam,
hening, menyatu dengan jiwa yang suci, menanti kehadiranNya yang penuh
kesejukan. Merasakan sinar suci Hyang Widhi seakan hadir dalam air tanpa
tepi, tenang menyejukkan dan menggugah kesadaran jiwa.
Setelah menemukan kesadaran akan jati dirinya, ketika hari Ngembak
Ghni mereka memulai hidup baru dengan sikap mental yang kukuh, penuh
kesadaran untuk mengabdi kepada Sanghyang Widhi Wasa, mengabdi dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dengan sikap penuh
persahabatan dan kedamaian yang dilambangkan dengan pelaksanaan Dharma
santi.
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1933 semoga Sanghyang Widhi
Wasa selalu melindungi kita semua. Untuk itu marilah kita persembahkan
daun kehidupan dan bunga bhakti kita yang murni kepada Tuhan, bangsa dan
negara, mari kita serahkan buah karya kita yang terbaik demi kejayaan
bangsa, serta marilah kita persembahkan air mata kasih yang suci ke
segenap penjuru agar rasa kesatuan dan persatuan kita makin kukuh, dan
cita – cita menuju ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi
terealisasi di bumi ini.
0 Respon:
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesukamu! Mau sopan, jorok karepmu asal di tanggung sendiri! Salam hangat
Yuda Taufiqurrahman | Jidat Bukan Pahlawan