Muncul sebagai vendor lokal di bidang perangkat telekomunikasi tetap
dan bergerak sejak 2006, Nexian melaporkan telah mengapalkan sekitar
delapan juta unit ponsel hingga 2010.
"Sekitar 40 persennya terjual di sepanjang 2010, atau setara 3,5 juta unit," kata Martono Jaya Kusuma, chief executive officer (CEO) Nexian yang kini juga menjabat sebagai CEO di Selular Group, saat ditemui di sela Grand Selular Expo 2011, Mal Taman Anggrek, Jakarta, Senin, 28 Maret 2011.
"Tahun ini, kami menargetkan bisa menambah lima juta unit lagi. Total, 13 juta unit pada akhir tahun nanti," tuturnya.
Pencapaian ini relatif fantastis bagi sebuah vendor ponsel China. Sebagaimana diketahui, Nexian sementara ini masih menyandang gelar vendor ponsel lokal terbesar di Tanah Air.
Menurut Christian Sudibyo, chief sales officer Selular Group, prestasi ini dicapai lantaran Nexian mengklaim selangkah lebih maju.
"Kami muncul lebih dulu sebagai vendor ponsel lokal, baik di segi merek maupun produk. Misalnya, Qwerty lokal, kami duluan yang memproduksi, layar sentuh juga demikian. Kuncinya, inovatif dan cermat melihat tren pasar," ucap Christian.
Namun demikian, Nexian mengaku belum siap untuk memasarkan produk-produknya ke negara tetangga, seperti yang dilakukan vendor asal Thailand, i-Mobile, yang memasukkan produknya ke Indonesia.
"Pernah terpikir untuk mengekspor. Tetapi, sampai saat ini opsi itu belum akan ditempuh. Menjadi tuan di negeri sendiri dulu, baru kami keluar. Pangsa pasar yang belum terjamah masih sangat luas," kata Martono.
"Kami tidak takut dengan iPhone dan BlackBerry, tapi ..."
Derasnya arus smartphone kelas atas yang membanjiri pasar ponsel Tanah Air pelan-pelan mengancam eksistensi vendor ponsel China. Tak terkecuali Nexian, pemimpin pasar ponsel merek lokal. Namun, produsen ponsel China itu tidak gentar dengan keberadaan iPhone dan BlackBerry. Kenapa?
"Dari segmen pasar saja sudah berbeda. Mereka menyasar kalangan atas, sedangkan kami menengah ke bawah," ujar Martono. "Justru ancaman yang lebih serius datang dari 'pemain tengah', seperti vendor-vendor Korea. Mereka bisa menekan harga hingga setara dengan ponsel lokal. Itu yang perlu kami waspadai," imbuhnya.
Terkait tren industri ponsel merek lokal, Nexian optimistis ponsel-ponsel Qwerty dan layar sentuh dengan harga terjangkau masih menjadi rebutan. Investasi untuk memperkuat merek (brand investment) mulai dikurangi. Vendor setingkat Nexian lebih cenderung menggelar bursa ponsel murah semacam bazaar ketimbang brand investment, seperti Grand Selular Expo 2011.
"Kami ingin memberikan suasana baru melalui promo-promo khusus serta peluncuran produk baru dalam ajang ini. Pada ajang yang berlangsung hingga 3 April nanti, kami juga merilis ponsel-ponsel baru dengan harga diskon hingga 50 persen," pungkasnya. (art)
"Sekitar 40 persennya terjual di sepanjang 2010, atau setara 3,5 juta unit," kata Martono Jaya Kusuma, chief executive officer (CEO) Nexian yang kini juga menjabat sebagai CEO di Selular Group, saat ditemui di sela Grand Selular Expo 2011, Mal Taman Anggrek, Jakarta, Senin, 28 Maret 2011.
"Tahun ini, kami menargetkan bisa menambah lima juta unit lagi. Total, 13 juta unit pada akhir tahun nanti," tuturnya.
Pencapaian ini relatif fantastis bagi sebuah vendor ponsel China. Sebagaimana diketahui, Nexian sementara ini masih menyandang gelar vendor ponsel lokal terbesar di Tanah Air.
Menurut Christian Sudibyo, chief sales officer Selular Group, prestasi ini dicapai lantaran Nexian mengklaim selangkah lebih maju.
"Kami muncul lebih dulu sebagai vendor ponsel lokal, baik di segi merek maupun produk. Misalnya, Qwerty lokal, kami duluan yang memproduksi, layar sentuh juga demikian. Kuncinya, inovatif dan cermat melihat tren pasar," ucap Christian.
Namun demikian, Nexian mengaku belum siap untuk memasarkan produk-produknya ke negara tetangga, seperti yang dilakukan vendor asal Thailand, i-Mobile, yang memasukkan produknya ke Indonesia.
"Pernah terpikir untuk mengekspor. Tetapi, sampai saat ini opsi itu belum akan ditempuh. Menjadi tuan di negeri sendiri dulu, baru kami keluar. Pangsa pasar yang belum terjamah masih sangat luas," kata Martono.
"Kami tidak takut dengan iPhone dan BlackBerry, tapi ..."
Derasnya arus smartphone kelas atas yang membanjiri pasar ponsel Tanah Air pelan-pelan mengancam eksistensi vendor ponsel China. Tak terkecuali Nexian, pemimpin pasar ponsel merek lokal. Namun, produsen ponsel China itu tidak gentar dengan keberadaan iPhone dan BlackBerry. Kenapa?
"Dari segmen pasar saja sudah berbeda. Mereka menyasar kalangan atas, sedangkan kami menengah ke bawah," ujar Martono. "Justru ancaman yang lebih serius datang dari 'pemain tengah', seperti vendor-vendor Korea. Mereka bisa menekan harga hingga setara dengan ponsel lokal. Itu yang perlu kami waspadai," imbuhnya.
Terkait tren industri ponsel merek lokal, Nexian optimistis ponsel-ponsel Qwerty dan layar sentuh dengan harga terjangkau masih menjadi rebutan. Investasi untuk memperkuat merek (brand investment) mulai dikurangi. Vendor setingkat Nexian lebih cenderung menggelar bursa ponsel murah semacam bazaar ketimbang brand investment, seperti Grand Selular Expo 2011.
"Kami ingin memberikan suasana baru melalui promo-promo khusus serta peluncuran produk baru dalam ajang ini. Pada ajang yang berlangsung hingga 3 April nanti, kami juga merilis ponsel-ponsel baru dengan harga diskon hingga 50 persen," pungkasnya. (art)
0 Respon:
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesukamu! Mau sopan, jorok karepmu asal di tanggung sendiri! Salam hangat
Yuda Taufiqurrahman | Jidat Bukan Pahlawan