Sungguh tragis nasib NH, 17, wanita belia warga Dusun Krajan Desa Boto,
Lumbang Kabupaten Probolinggo. Ia telah dijual oleh Turyasih, eks teman
kencan ayahnya, dan dijadikan pekerja seks komersial (PSK) di
Banyuwangi.
Peristiwa itu terjadi saat ayah NH, yakni Markasan
Abdul Rosyid, 47, meninggalkan Lumbang untuk mengais nafkah di luar
Jawa. Oleh Turyasih, NH dijadikan PSK di kawasan Padang Bulan,
Banyuwangi. Syukur saja NH bisa cepat lepas dari jeratan praktik
prostitusi tersebut dan kembali pulang ke kampung halamannya.
Setelah
anaknya kembali, Markasan pun melaporkan Turyasih ke polisi. Tepatnya
pada Selasa (2/3) lalu, Markasan melapor ke Polsek Lumbang. Lalu oleh
Polsek Lumbang, kasus itu diserahkan ke unit Perlindungan Perempuan dan
Anak (PPA) Polres Probolinggo. "Karena korbannya itu masih kecil, jadi
kasus tersebut diserahkan ke PPA polres. Besok (hari ini, Red)
berkasnya akan kami kirim," kata Kapolsek Lumbang AKP Sukandar.
Sementara,
kemarin (3/3) saat ditemui Radar Bromo di rumahnya, Markasan mengakui
bahwa Turyasih adalah mantan teman kencannya. "Dulu itu saya memang
sempat dekat dengan Turyasih. Itu sebelum saya tahu siapa dia. Setelah
saya tahu ia wanita nakal, saya meninggalkannya. Tetapi ia terus
mendekati saya," cerita Markasan.
Markasan mengaku sudah lama
menduda sepeninggal istrinya. Dia lalu kenal dengan Turyasih. Tapi,
setelah tahu Turyasih wanita nakal, Markasan meninggalkannya. Hanya,
meski sudah tidak menjalin hubungan spesial dengan Markasan, Turyasih
masih sering main ke rumahnya.
Pada pertengahan 2009 lalu,
Markasan mendapat tawaran bekerja proyek bangunan di Kalimantan.
"Tawaran itu cukup bagus. Jadi saya terima. Anak saya ini, saya
titipkan ke neneknya (Sukirjo)," beber Markasan sambil melirik NH yang
duduk di sampingnya.
Nah, kabar perginya Markasan ke Kalimantan
ternyata dimanfaatkan oleh Turyasih. Pada 26 Desember 2009, Turyasih
mendatangi rumah Markasan untuk menemui NH.
"Saat itu saya sudah
bilang kalau ayah sedang tidak ada. Tetapi katanya itu ia (Turyasih)
datang karena ada perlu dengan saya. Terus saya ditawari pekerjaan di
Banyuwangi," kenang NH dengan mata menerawang.
Menurut NH, saat
itu Turyasih menawarinya pekerjaan sebagai penjaga warung kopi di
Banyuwangi. Namun tawaran tersebut tidak menarik minat NH. Ia pun
menolaknya.
Tetapi penolakan NH tersebut tidak membuat Turyasih
putus asa. Ia kembali datang untuk kembali menawarkan pekerjaan baru
kepada lulusan MTs pada 2009 itu. "Kalau dihitung, ia bolak-balik ke
rumah itu sampai empat kali. Saya pun akhirnya mau," jelas NH.
Lalu
pada 30 Januari, NH dijemput Turyasih untuk diantar ke tempat kerjanya
di Banyuwangi. "Namun saya tidak langsung ke Banyuwangi. Saya dibawa
dulu ke daerah Wonomerto. Saya tidak tahu itu rumah siapa," beber NH.
Di
rumah yang menurut NH bertembok tinggi itu, NH mulai curiga. Bahwa
pekerjaan yang ditawarkan Turyasih kepadanya adalah pekerjaan yang
tidak beres. Dari penjelasan orang-orang yang ada di rumah tersebut NH
tahu dirinya akan dijadikan penjaga warung plus-plus alias PSK di
Banyuwangi.
"Tetapi saya saat itu sudah tidak bisa kemana-mana.
Mau lari tidak bisa karena dindingnya tinggi. Terus ketika saya ngomong
tidak bersedia ikut ke Banyuwangi itu Turyasih mengatakan kalau
perjanjian kerja itu sudah tidak bisa dibatalkan. Kalau mau
membatalkan, saya harus membayar uang Rp 250 ribu. Uang dari mana
saya?" kata NH.
Karena sudah tidak punya pilihan lain, NH pun
akhirnya tidak bisa menolak untuk dikirimkan ke Banyuwangi. Dengan
terpaksa ia jalani kehidupan pahitnya sebagai pekerja penjaga warung
plus-plus di Padang Bulan, Banyuwangi.
Ia harus melayani tamu, 3
sampai 5 lelaki hidung belang setiap malam. Di warung plus-plus
tersebut, NH yang masih kinyis-kinyis dibanderol Rp 100 ribu untuk tiap
kali maen. Tetapi, NH tak pernah menerima langsung duitnya.
"Saya
hanya menerima Rp 70 ribu sekali main. Yang Rp 30 ribunya itu untuk
membayar kamar. Untuk menjaga warungnya, saya tidak dapat apa-apa.
Ketika di Banyuwangi itu saya tahu kalau pemilik warung itu bukanlah
Turyasih, ia hanya menjadi perantara saja," ungkap NH.
Setelah
sebulan lamanya NH dijadikan PSK, Markasan pun mulai mendengar kabar
tak sedap itu. "Waktu saya telepon rumah, katanya anak saya sudah ke
Banyuwangi. Kata orang rumah, anak saya itu dipekerjakan oleh
Turyasih," jelas Markasan.
Markasan yang tahu seluk beluk
Turyasih, langsung terkejut. Dia memilih pulang langsung ke Lumbang. Ia
kemudian mencoba mengontak Turyasih agar mengembalikan kembali anaknya.
Usaha
Markasan untuk menekan Turyasih ternyata berhasil. Turyasih tak kuasa
menahan desakan Markasan yang hampir setiap hari mengontaknya untuk
meminta anaknya dikembalikan.
"Karena didesak ayah saya terus,
akhirnya orang yang punya warung di Padang Bulan, Banyuwangi itu
memberikan saya izin untuk kembali pulang. Tetapi saya tidak diberi
sangu apa pun," kata NH.
NH yang sudah mendapat izin tersebut
langsung pulang kembali ke rumahnya. "Saya itu tidak tahu kalau naik
bus. Jadi saya naik ojek. Total itu saya membayar Rp 250 ribu kepada
tukang ojek dengan menggunakan uang saya sendiri," kata NH.
Setibanya
di Lumbang, Markasan pun langsung melaporkan Turyasih ke Polsek
Lumbang. "Saya mencari keadilan. Saya tidak terima, anak saya dijual
untuk dijadikan pelacur," kata Markasan.
http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=146077
1 comment:
Silahkan berkomentar sesukamu! Mau sopan, jorok karepmu asal di tanggung sendiri! Salam hangat
Yuda Taufiqurrahman | Jidat Bukan Pahlawan
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete