Peristiwa ini terjadi tiga tahun yang lalu. Kejadiannya di Jakarta, di daerah Sunter, aku yang berumur 14 tahun tinggal bersama kakak perempuanku, menempati salah satu rumah yang dimiliki paman mereka. Kebetulan rumah itu tidak ditempatinya. Saat itu kakakku, Ai Ling berumur 19 tahun dan telah kuliah tingkat satu di salah satu perguruan tinggi swasta diJakarta. Kedua orang tua kami tinggal di Jawa Tengah, dimana mereka mengelola sebuah toko. Karena dirasa Jakarta lebih kondusif sebagai tempat menuntut ilmu, maka mereka mengirim kami ke Jakarta untuk bersekolah.
Kakakku Ai Ling wajahnya cukup cantik mirip dengan bintang film dari Hongkong atau Taiwan. Kulitnya putih mulus, karena memang kami adalah dari keluarga keturunan chinese. Dengan tinggi di atas 160 cm bobot 50 kg, tubuhnya cukup ideal untuk seorang gadis remaja. Sehingga tidaklah mengherankan kalau teman-teman cowoknya banyak yang mendekatinya. Bahkan yang menyukainya tidak hanya cowok keturunanchinese saja. Banyak pula teman-teman kuliah cowoknya yang pribumi juga terang-terangan mendekatinya. Di kampusnya memang antara pribumi dan non pribumi jumlahnya seimbang. Namun Ai Ling tidak menanggapinya, karena sebetulnya Ai Ling telah mempunyai pacar yang pada waktu itu sedang kuliah di Amerika. Selain aku dan Ai Ling, rumah tersebut juga dihuni oleh seorang pembantu perempuan dan seorang sopir pribadi yang rutin bertugas mengantar kami sekolah dan kuliah. Sopir kami bernama Sudin. Sebelumnya ia bekerja sebagai tukang ojek.
Beberapa saat sebelum terjadi peristiwa tersebut, sebenarnya aku telah mempunyai firasat yang kurang mengenakkan mengenai Sudin. Beberapa kali aku memergoki Sudin sedang menatap dengan tajam bagian tubuh tertentu dari Ai Ling, jika kebetulan Ai Ling sedang tidak menyadarinya. Memang kadang-kadang jika berada di rumah dan sedang santai, Ai Ling sering mengenakan baju rumah yang cukup ketat. Apalagi setelah pembantu perempuan kami pulang ke desanya, karena ada salah satu anggota keluarganya yang sedang sakit keras, kadang-kadang Ai Ling hanya sendirian dengan Sudin di dalam rumah karena jam sekolahku berbeda. Tetapi untungnya pada malam hari Sudin tidak menginap di rumah kami.
Suatu malam saat aku dan Ai Ling sedang santai menonton TV di ruang tamu, tiba-tiba Sudin muncul bersama dua orang temannya tukang ojek yang biasa beroperasi di sekitar daerah itu. Sudin rupanya telah lama berniat akan merampok rumah majikannya tersebut, karena hanya Nico dan Ai Ling saja yang tinggal di rumah itu. Untuk melancarkan rencana tersebut, Sudin telah mengontak 2orang temannya yang bekas sesama tukang ojek, untuk membantunya melaksanakan maksud tersebut. Pada hari dan waktu yang telah ditentukan mereka melaksanakan rencana tersebut, karena itulah mengapa tiba-tiba mereka muncul malam itu di rumah kami. Sambil mengancam dengan pisau, mereka memaksa kami untuk menunjukan barang-barang berharga dan uang yang disimpan dalam lemari. Dengan ketakutan Ai Ling menyerahkan barang-barang berharga milik kami seperti uang, arloji, handphone, dll. Mereka kemudian masuk ke kamar Ai Ling untuk mengambil perhiasan dan barang-barang berharga lainnya.
Melihat kegarangan mereka hati kami menjadi ciut. Kami berdoa dalam hati biarlah barang-barang tersebut diambil asalkan kami tetap selamat. Setelah selesai mengambil semuanya, tiba-tiba salah seorang teman Sudin berkata: “Eh, ngomong-ngomong cewek ini boleh juga ya. Mending kita sikat saja sekalian.”, “Iya nih. Wajahnya cakep dan kulit mukanya putih, nggak tahu kalau bagian tubuh yang lainnya”, kata yang lain sambil memandang kakakku dengan tersenyum-senyum. “Wah, bener juga kata lu. Susunya montok tuh, ngelihatnya saja sudah bikinorang ngaceng…, kita bisa pesta nih. Mimpi apa kita semalam. Apalagi kita belum pernah ngerasain amoy. Yuk dah, kita garap rame-rame”, timpalnya lagi.
Saat itu kakakku baru pulang setelah pergi bersama temannya dan mengenakan kaos berwarna merah yang cukup ketat. Sudin segera mendekati Ai Ling yang berdiri ketakutan di pinggir tembok. Tangannya dengan cepat meraba-raba pipi Ai Ling yang putih mulus, sambil ia berkata pada teman-temannya, “Cewek manis ini, namanya Ai Ling. Aku sendiri sebenarnya sudah lama pengen ngerasain dia. Apalagi dia suka banget pake pakaian yang bikinorang terangsang. Hari ini kita bakalan puas deh”. Dengan segera Ai Ling menampik tangan Sudin dan sambil menatap wajahnya dengan menguatkan hatinya, Ai Ling mencoba menggertak Sudin, “Kurang ajar kamu yah. Aku ini kan majikanmu, tega benar kamu hendak berbuat kurang ajar padaku!” Bukannya takut Sudin malah makin berani, sahutnya, “Aku memang kacungmu yang biasa diperintah-perintah, tapi kali ini kamulah yang akan menuruti kemauan kami”, kata Sudin. Tiba-tiba kedua tangannya dengan cepat meraih payudara Ai Ling dan segera meremas-remasnya dengan ganas. Ai Ling yang telah tersandar pada tembok, tidak dapat mengelaknya, “Adduhhhh…, jangaaann…!”, jeritnya kaget mendapat perlakuan kasar dari Sudin tersebut. Melihat itu akupun menjadi emosi, seketika kuterjang Sudin dan memukulinya. Tapi mereka kemudian mengeroyokku dan memukuliku sampai babak belur. Sementara Ai Ling menjerit-jerit menyaksikan aku dipukuli oleh bajingan-bajingan itu. “Kamu jangan macam-macam kalau tidak ingin kami bunuh!” hardik Sudin sambil menampar mukaku. “Jo, ikat dia. Biar dia ngeliat kita ngerjain kakaknya”, kata Sudin memerintah temannya.
Kemudian mereka menyeretku ke kamar Ai Ling dan mengikatku di kursi dekat ranjangnya. Setelah itu mereka menggotong Ai Ling yang terus memberontak, kedalam kamarnya dan melemparnya ke atas tempat tidurnya. “Ai Ling, dengar baik-baik, kalian akan kuampuni kalau kamu mau menuruti kemauan kami. Kalau kamu melawan, adikmu akan kubunuh dan kau pun akan kubunuh setelah kami puas menikmatimu. Saat ini tidak ada yang dapat menolong kalian”, kata Sudin.
Sementara karena ketakutan diancam hendak dibunuh, akhirnya Ai Ling tidak berani berteriak keras-keras dan pasrah dengan nasibnya. Segera dengan tidak membuang-buang waktu mereka langsung mendekati Ai Ling yang masih terkapar di atas tempat tidur dan mulai mengerubutinya. Sudin langsung mencium muka Ai Ling, mula-mula hidung dan pipinya dijilat-jilatnya, seakan-akan sedang menikmati betapa licin dan mulusnya pipi Ai Ling tersebut, akhirnya bibir Ai Ling dilumatnya dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, dengan nafsu meraba-raba buah dada yang mulus padat itu, kemudian meremas-remasnya dengan sangat bernafsu. Dari mulut Ai Ling hanya terdengar jeritan lirih, “Aaagghhh…., aaggghhh…, jaangaannn…, jannngaannn…, aaammmpunnnnn…, aammmppunnnnnn…!”, “…Jaaanngaaannn…, peerrkoossssaaaa…, saaayyaaaaa…!”, akan tetapi sambil tertawa-tawa Sudin berkata, “Tenang saja, nanti juga lo akan merasa keenakan, niiihhhh…, gimana rasanya, enak khan pijitanku. Susumu benar-benar nikmat”, katanya sementara aktifitas kedua tangannya tetap masih meremas-remas payudara Ai Ling.
Badan Ai Ling menggeliat-geliat, tapi dia tidak dapat menghindar karena kedua teman Sudin masing-masing memegang kaki dan tangannya erat-erat sambil tertawa-tawa. Lalu mereka tidak mau kalah dengan Sudin, salah seorang di antaranya yang memegang kedua kaki Ai Ling, langsung menyingkap dan menarik lepas rok Ai Ling, sehingga terlihat celana dalam merah muda dan kedua belah paha Ai Ling yang putih mulus. Kemudian sambil menduduki kedua kaki Ai Ling, kedua tanganorang tersebut segera mengelus-elus kedua paha Ai Ling yang sudah setengah terpentang itu dengan bebas. Tangannya mula-mula hanya bermain-main di kedua paha, naik turun, tapi akhirnya secara perlahan-lahan mulai mengelus-elus belahan di antara kedua pangkal paha Ai Ling yang masih ditutupi CD itu. Tidak cukup sampai di situ, bahkan salah satu jari tengahnya dimasukan ke celana dalam Ai Ling dan dipaksakan masuk kedalam kemaluan Ai Ling yang masih sangat rapat itu. Badan Ai Ling hanya bisa menggeliat-geliat saja dan pantatnya bergerak menggeser ke kiri ke kanan mencoba menghindari tangan-tangan yang menggerayangi paha dan kemaluannya itu. Dari mulutnya tetap terdengar jeritan”,Jaaangannnn…, jjannngann…, aadduuhhh…, aaddduhhhhh….!” dan dari kedua matanya mengalir air mata putus asa, kepalanya digeleng-gelengkan ke kiri ke kanan, menahan rasa geli yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya. Secara perlahan-lahan pada bagian CD-nya yang menutupi belahan liang kewanitaannya mulai terlihat membasah.
Rupanya tubuh Ai Ling tidak dapat menyembunyikan reaksinya atas perasaan terangsangnya menerima perlakuan tersebut. Dengan kedua tangan yang dipegang di atas kepalanya dan kedua kaki diduduki dan di saat bersamaan mulutnya dilumat-lumat dengan ganas dan buah dadanya diremas-remas, serta elusan-elusan disertai sentuhan-sentuhan jari pada klitorisnya, membuat suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, tiba-tiba melanda perasaan Ai Ling, perasaan putus asa, perasaan terhina dan ketidakberdayaan secara bersamaan menimbulkan suatu penyerahan dan kepasrahan total yang mengakibatkan suatu kenikmatan yang maha dahsyat melanda perasaan dan tubuh Ai Ling. Sungguh menyakitkan memang menyaksikan peristiwa itu. Dimana sebuah tubuh putih mulus dan cantik, sedang telentang lemas tanpa daya dikerubuti oleh tiga lelaki kasar sopir dan tukang ojek yang bertubuh hitam tidak terawat dengan tangan-tangan yang berkeliaran kemana-mana, benar-benar terlihat sangat kontras.
Akhirnya Sudin menyobek lepas kaos yang dikenakan Ai Ling, sehingga sekarang Ai Ling hanya mengenakan BH dan celana dalam saja. Sudin meraba-raba dan mengelus-elus buah dada Ai Ling yang masih tertutup BH-nya sambil berkata, “Wah penasaran nih pingin lihat susunya amoy”. katanya sambil tersenyum-senyum. Kemudian dengan perlahan-lahan Sudin membuka BH Ai Ling. Dan dengan terpesona mereka menatap payudara Ai Ling yang sangat indah itu. Buah dada Ai Ling putih mulus, tidak terlalu besar, masih sangat kencang berdiri tegak dengan ujung putingnya yang coklat muda kecil, tapi terlihat sudah mengeras karena dielus-elus dari tadi. “Wah susu Ai Ling sangat bagus ya!” kata salah seorang dari mereka sementara kedua tangannya mengusap-usap payudara Ai Ling dengan perlahan-lahan seakan-akan terpesona, karena baru sekarang dia pernah melihat buah dada indah, yang sedemikian putih dan halus itu. “Wah putingnya coklat muda. Bikin tambah nafsu saja”, kata yang lain. “Coba lihat ukuran BH-nya, eh BH-nya Triumph ukurannya 34 C”, kata salah seorang dari mereka. Kemudian ganti Sudin yang meraba-raba dan meremas-remas perlahan buah dada Ai Ling. Yang seorang lagi yang dari tadi duduk pada kedua kaki Ai Ling, tidak mau kalah juga, segera saja CD merah muda Ai Ling ditarik dengan kasar sehingga sobek dan segera dicampakkannya ke pinggir, sehingga sekarang Ai Ling benar-benar telah berada dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa selembar benang pun yang melekat di tubuhnya, terkapar tak berdaya dengan tangan-tangan hitam kasar mirip tangan-tangan gurita yang sedang menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang molek itu.
Pada bagian bawah tubuh Ai Ling yang membukit kecil di antara kedua pahanya yang putih mulus itu, kemaluannya yang kecil berbentuk garis memanjang yang menggelembung pada kedua pinggirnya, tampak ditutupi oleh bulu kemaluannya yang lebat yang berwarna coklat muda. “Hehehe, lihat tuh jembutnya lebat sekali. Aku suka sama cewek yang satu ini”. Kemudian teman Sudin langsung meraba-raba dan mengelus-elus bulu kemaluannya sambil membuka kedua paha Ai Ling makin melebar. Terlihatlah liang vaginanya yang masih rapat. Tangan hitam dan kasar itu segera menjamah liang yang sempit itu sambil menggesek-gesekan jempolnya pada tonjolan daging kecil yang terletak di bagian atasnya. Sementara puting susu Ai Ling sedang diisap-isap oleh Sudin dengan lahapnya sambil sesekali mempermainkan putingnya dengan ujung lidahnya. Sedangkan temannya yang satu lagi, yang dari tadi memegangi kedua tangan Ai Ling, sekarang sedang melumat mulut dan kedua bibir Ai Ling dengan rakus dan lidahnya dengan paksa dimasukkan ke dalam mulut Ai Ling dan mempermainkan lidah Ai Ling. Mendapat perlakuan seperti itu, Ai Ling yang benar-benar telah tak berdaya, hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis lirih, “Aaaghhh…, sshhhhh…, sshhhhh…, mmhhhh….!”.
Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada Sudin, “Din, kamu mulai duluan aja yah…!”, “OK…” kata Sudin dengan cepat dan segera menghentikan kegiatannya untuk membuka baju sampai celana dalamnya. Tampaklah batang kemaluannya yang telah tegang, berwarna hitam pekat, besar dengan bagian kepalanya yang bulat mengkilat dan bagian batangnya yang dikelilingi oleh urat-urat menonjol, terlihat sangat mengerikan. Setelah selesai melepaskan seluruh bajunya, dengan cepat Sudin kembali naik ke tempat tidur dan merangkak di atas badan Ai Ling. Sudin berjongkok di antara kedua paha Ai Ling, yang dengan paksa dibuka melebar oleh teman Sudin yang memegang kedua kaki Ai Ling. Mata Ai Ling terlihat terbelalak melihat benda hitam besar di antara kedua paha Sudin itu. Badan Ai Ling terlihat bergetar halus, rupanya belum-belum Ai Ling telah merasa ngilu pada kemaluannya membayangkan benda hitam besar itu nantinya akan mengaduk-aduk kemaluannya dengan ganas.
Dengan sebelah tangan bertumpu pada ranjang di samping badan Ai Ling, tangan Sudin yang satunya memegang batang penisnya dan dengan perlahan-lahan digosok-gosokkannya pada bibir kemaluan Ai Ling. Begitu kepala penis Sudin menyentuh klitoris Ai Ling, terlihat badan Ai Ling menjadi kejang dan agak berkelejotan serta dari mulutnya yang sedang dilumat oleh teman Sudin terdengar suara, “Eeehhmm…”, Sudin terus melakukan kegiatannya menggesek-gesek kepala penis pada bibir kemaluan Ai Ling, yang akhirnya menjadi licin dan basah oleh cairan yang keluar dari penis Sudin dan juga dari dalam kemaluan Ai Ling sendiri. Merasakan bibir kemaluan Ai Ling yang telah basah itu, Sudin berkata, “Oohhhh rupanya lo udah terangsang juga yaaa..!” Kemudian dengan perlahan-lahan Sudin mulai menekan kepala penisnya membelah bibir kemaluan Ai Ling. Mendapat tekanan dari kepala penis Sudin, bibir kemaluan Ai Ling tertekan ke bawah dan mulai terbuka dan karena kemaluan Ai Ling telah basah, akhirnya kepala penis Sudin mulai terbenam ke dalam lubang kewanitaan Ai Ling dengan mudahnya.
Disebabkan penis Sudin yang sangat besar, maka klitoris Ai Ling ikut tertarik masuk kedalam lubang kemaluannya dan terjepit oleh batang penis Sudin yang berurat menonjol itu. Hal ini menimbulkan perasaan geli dan sekaligus nikmat yang amat sangat pada diri Ai Ling, sehingga disertai badannya yang menggeliat-geliat, dengan tanpa sadar dari mulutnya terdengar suara, “Ooohhhhhh…”, yang panjang, mengikuti tekanan penis Sudin pada kemaluannya. Kedua pahanya terlihat mengejang dengan kuat. Merasakan hal ini, tanpa menyia-nyiakan waktu Sudin langsung menekan habis rudalnya ke dalam vagina Ai Ling dengan ganas. “Aadduuuhh…, sakiittt…!”, terdengar Ai Ling menjerit saat rudal Sudin itu menerobos masuk ke dalam liang vagina Ai Ling. Kemudian Sudin segera mendorong dengan sekuat tenaga sehingga seluruh barang miliknya amblas seluruhnya, sampai kedua pahanya yang hitam itu menekan dengan ketat paha putih mulus Ai Ling yang terkangkang itu.
Memang ini bukan pertama kalinya Ai Ling disetubuhi orang, karena sebelum pacarnya keluar negeri, mereka sudap pernah melakukannya sekali, akan tetapi penis Sudin ini jauh lebih besar dan panjang daripada penis pacarnya, sehingga ketika penis Sudin menerobos masuk, meski kemaluan Ai Ling telah sangat basah, akan tetapi tetap saja Ai Ling merasa pedih. Tanpa mengenal belas kasihan, Sudin mulai memaju-mundurkan pantatnya, sehingga penisnya yang besar itu, keluar masuk berulang-ulang kedalam kemaluan Ai Ling. Sambil melakukan itu ia berkata, “Waahh, eenaak niih masih seret…!” Sementara kedua temannya tetap sibuk mengelus-elus dan meremas-remas payudara serta membelai-belai seluruh badan Ai Ling, sambil tertawa-tawa mendengar perkataan Sudin.
Sementara itu terlihat vagina Ai Ling memerah menerima tekanan dan gesekan-gesekan dari penis Sudin yang besar itu. “Waaah…, gila sempit benar niihhh, mimpi apa aku semalam”, kata Sudin. Sambil terus menyetubuhi Ai Ling dengan ganas, Sudin berkata lagi, “Hey non.., enak sekali lhhhoo, benar-benar puas aku atas servismu ini.., ha.., ha.., ha..!” Sambil tertawa-tawa dia mengocok tubuh Ai Ling habis-habisan. Sementara Ai Ling hanya bisa merintih-rintih dan menjerit-jerit. Suara jeritannya makin lama makin lemah, diganti oleh suara mendengus-dengus, “Oohh…, oohhh…, aadduhh…, aadduuhh…!”, dan badan Ai Ling tiba-tiba mengejang dengan hebat sehingga bagian pinggangnya tertekuk ke atas, rupanya tanpa dapat dicegahnya, Ai Ling mengalami orgasme dengan hebat, ada beberapa detik lamanya badannya tersentak-sentak dan akhirnya Ai Ling terkulai dengan lemas dengan kedua kakinya terkangkang lebar. Benar-benar Ai Ling mengalami kenikmatan yang hebat yang tidak terelakkan walaupun sebenarnya itu bertentangan dengan kemauannya, membuat pikirannya serasa melayang-layang.
Sekarang Sudin memegang kedua pinggul Ai Ling dan menariknya keatas, sehingga pantat Ai Ling tidak terletak pada kasur lagi. Dengan posisi ini Sudin dengan leluasa menancapkan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluan Ai Ling dengan tanpa halangan. Sambil pantatnya dimajumundurkan, sekali-sekali Sudin menekan pantat Ai Ling rapat-rapat ke tubuhnya dan memutar-mutar pinggul Ai Ling, sehingga kemaluan Ai Ling mengocok-ngocok penis Sudin yang terbenam habis di dalamnya. Terlihat bahwa tubuh Ai Ling menggeliat-geliat dan bergerak-gerak mengikuti gerakan Sudin. Dan saking kerasnya dorongan pantat Sudin menekan pinggul Ai Ling, kedua payudara Ai Ling mengikuti goyangan tersebut dengan bergerak-gerak berputar-putar. Sementara mulut Ai Ling mendesah setiap kali Sudin menekan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluannya. “He.., he.., he.., akhirnya lo takluk juga yaa? Kalau nggak gini kan kamu nggak tahu enaknya yang sebenarnya!” kata Sudin tanpa berusaha menghentikan aktifitasnya. Kedua teman Sudin menyaksikan hal tersebut sambil tertawa-tawa. “Lihat susunya berputar-putar”, katanya. Kemudian akhirnya mereka semua menanggalkan pakaiannya masing-masing sehingga akhirnya keempat orang di ranjang tersebut semuanya telanjang bulat. Tubuh Ai Ling yang putih mulus tersebut tampak kontras dengan tubuh hitam ketiga lelaki yang sedang menggumulinya.
Sementara Sudin menikmati kemaluan Ai Ling sambil meremas-remas kedua payudaranya, yang lainnya juga ikut menggesek-gesekkan penisnya pada tubuh Ai Ling. Bahkan salah seorang di antaranya memasukkan penisnya ke mulut Ai Ling, memaksa Ai Ling untuk melakukan oral sex. Pada saat yang bersamaan, Sudin memerintahkan Ai Ling untuk melakukan pijit ala Thai yaitu memijat dengan kedua payudaranya. Ai Ling yang telah takluk dan pasrah itu, hanya bisa menuruti kemauannya dengan menekan dan menggesek-gesek susunya ke seluruh tubuh Sudin. Sambil tertawa puas Sudin berkata, “Wah, baru kali ini aku ngerasain dipijat sama susu amoy. Rasanya lebih enak daripada di Kramat Tunggak”. Tak lama kemudian Sudin mengalami ejakulasi dan menumpahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Ai Ling. Tampak ia terengah-engah. Setelah itu giliran rekan Sudin satunya, Jo yang merasakan vagina Ai Ling. Mula-mula ia melakukannya dalam posisi Ai Ling terduduk lalu dalam posisi doggy style. Sambil melakukannya ia menepuk-nepuk payudara Ai Ling yang bergerak-gerak. Sementara ia melakukan itu, teman satunya yang berambut Gondrong berada di depan Ai Ling, memaksanya untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling, sehingga akhirnya Ai Ling terpaksa mengulum penisnya. Goyangan orang yang di belakang menggerakkan seluruh tubuh Ai Ling sehingga si Gondrong di depan jadi merem melek nikmat karena penisnya dikocok oleh mulut Ai Ling.
Selang sesaat mereka berganti posisi, si Gondrong yang mulanya dikulum sekarang berganti menikmati vagina Ai Ling sementara Jo dikulum penisnya. Setelah itu ia berdiri dan menyuruh Ai Ling untuk berlutut di depannya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling. Ai Ling diperintahkan mengulum dan menjilati penisnya seolah-olah seperti permen lolipop. Ketika Ai Ling melakukannya, ia berkacak pinggang dan tertawa-tawa. Sementara itu si Gondrong asyik meraba-raba dan menggesek-gesek klitoris dan bibir vagina Ai Ling, sehingga hal ini membuat badan Ai Ling menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya yang tersumbat penis Jo, terdengar erangan tertahan, “Eehhmm…, eehhhmmm..”, setelah itu kedua tangan Jo yang semula berkacak pinggang, mulai meremas-remas buah dada Ai Ling yang tergantung bebas itu. Setelah puas dengan permainan itu, kemudian mereka menelentangkan Ai Ling di atas ranjang dan lelaki yang Gondrong menggesek-gesekkan penisnya ke buah dada Ai Ling dan kemudian dia menduduki dada Ai Ling dan menjepitkan penisnya diantara kedua gundukan daging kenyal tersebut, sambil mendorong pantatnya maju mundur, sehingga penisnya menggesek-gesek di antara kedua gundukan buah dada Ai Ling tersebut.
Kemudian mereka berganti posisi lagi. Kali ini giliran si Gondrong yang memasukkan penisnya ke dalam vagina Ai Ling. Ia melakukannya pada Ai Ling yang dalam posisi tidur miring. Sementara itu Jo bersimpuh di depan wajah Ai Ling dan lagi-lagi memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling. Kemudian ganti Jo yang memasukkan barangnya ke dalam kemaluan Ai Ling. Pada saat akan ejakulasi, ia mengeluarkan penisnya dan memuncratkan air maninya di payudara Ai Ling. Si Gondrong berkata, “Eh, sialan lu padahal gua mau ngemut susunya. Eh lu semprot dengan peju lu”. Mendengar itu, mereka semua pada tertawa. Setelah itu Jo ‘meratakan’ spermanya ke seluruh bagian dada Ai Ling, sehingga tubuh Ai Ling menjadi basah mengkilap oleh spemanya. Akhirnya kembali si Gondrong yang menikmati Ai Ling. Ia melakukannya dalam posisi duduk sementara Ai Ling telentang di depannya. Ia merentangkan kedua paha Ai Ling lebar-lebar dan memegangi pinggulnya sementara ia memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Ai Ling. Setelah itu ia memasukkan penisnya ke mulut Ai Ling yang duduk di depannya. Pada saat akan ejakulasi, ia menyemprotkan air maninya ke muka dan rambut Ai Ling dan melapnya ke seluruh bagian muka Ai Ling. Kemudian ia menyuruh Ai Ling untuk menjilati sisa sperma di batang penisnya sampai bersih.
Setelah itu kembali Sudin meminta Ai Ling mengulum penisnya sampai ia mengalami ejakulasi kedua. Pada saat ejakulasi, ia menumpahkan seluruh spermanya di dalam mulut Ai Ling, sehingga Ai Ling terpaksa menelan seluruh sperma yang dikeluarkannya. Setelah itu Sudin memerintahkan Ai Ling menjilati sisa sperma di penisnya sampai licin mengkilat. Dengan demikian maka akhirnya puaslah sudah ketiga laki-laki bejat tersebut menikmati tubuh mulus Ai Ling. Sambil tertawa-tawa si Gondrong berkata, “Kita puas deh hari ini. Kamu memang dapat memuaskan laki-laki. Kami semua senang bisa menikmati kamu”, “Kamu tentunya puas juga khan merasakan nikmatnya kontol-kontol kami. Gimana rasanya, enak khan dinikmati oleh supir dan tukang ojek..!”, kata Sudin. “Gila nih cewek. Cakep-cakep gini ternyata suka nenggak peju”, timpal Jo. Mereka semua tertawa mendengar perkataan Jo. “Ayo ah kita cabut. Kita udah puas nih. Terima kasih ya atas barang-barangnya serta ‘bonus istimewanya’”, kata Sudin. Setelah puas akhirnya mereka membawa barang-barang jarahannya dan meninggalkan Ai Ling dalam keadaan lemas dan telanjang bulat serta menangis terisak-isak.
Masih terlihat bekas cairan air mani belepotan di seprei. Sejak saat itu Sudin dan kawan-kawannya menghilang dari daerah itu. Untunglah Ai Ling orangnya cukup tegar. Setelah menjalani terapi dengan dokter ahli, Ai Ling akhirnya secara perlahan-lahan dapat sembuh dan dapat melupakan peristiwa tragis itu. Setelah cuti satu tahun Ai Ling melanjutkan kuliahnya lagi. Ia juga dapat bergaul dengan teman-temannya seperti sebelumnya. Hal yang paling menguntungkan adalah Ai Ling tidak hamil oleh peristiwa itu. Walaupun satu hal yang tidak dapat disangkal lagi adalah bahwa Ai Ling pernah diperkosa, hal ini kami rahasiakan, hanya keluarga terdekat kami saja yang mengetahuinya.
0 Respon:
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesukamu! Mau sopan, jorok karepmu asal di tanggung sendiri! Salam hangat
Yuda Taufiqurrahman | Jidat Bukan Pahlawan